Eksplorasi Keindahan Pulau Gili-Noko, Bawean, Jawa Timur
(Semarang, 03/01/24) Pulau Bawean atau yang sering disebut sebagai ‘Surga Tersembunyi di Laut Jawa ini berada di wilayah Kota Gresik, Jawa Timur. Hal ini disebabkan karena masih sedikit yang mengetahui tentang potensi wisata dan keindahan pulau Bawean. Padahal, jika sehari saja berlibur di sana, sudah bisa dirasakan bahwa keindahannya tidak kalah dengan Kepulauan Seribu dan Kepulauan Karimunjawa. Terlebih lagi, di Pulau Bawean terdapat pulau kecil yang menyajikan keindahan bawah laut yang luar biasa yaitu pulau Gili-Noko.
Untuk dapat mencapai pulau Bawean dapat diakses melalui jalur laut selama 9 jam. Keberangkatan dimulai pukul 21.00 dengan pilihan kapal ASDP Ferry Gili Iyang berangkat dari Pelabuhan Paciran Kabupaten Lamongan serta kapal Express Bahari BE yang berangkat dari pelabuhan Gresik. Jika melalui jalur udara, bisa mengambil keberangkatan dari Kota Surabaya atau Kabupaten Sumenep, Madura dengan jumlah kursi yang sangat terbatas. Setelah sampai di Pulau Bawean, perjalanan dilanjutkan menggunakan kendaraan bermotor untuk mencapai jembatan apung sebelum akhirnya menyeberang ke pulau Gili-Noko menggunakan jasa sopek.
Banyak kegiatan yang dapat dilakukan di Pulau Gili-Noko, antara lain bersantai dengan memanjakan mata melihat keindahan matahari terbit dan terbenam, mencari kerang, bermain di pantai pasir putih, berpiknik di pulau Noko, berfoto, sekadar snorkeling, dan menyelam. Alam Gili-Noko masih sangat asri dan terjaga, sehingga menyebabkan banyak ditemukannya kerang dan juga bintang laut di pinggir pantai.
Bagi yang menyukai kegiatan snorkeling dan menyelam, terdapat 4 destinasi yang menarik di Pulau Gili-Noko yaitu di bagian Selatan, Utara, Barat, dan Timur Laut. Laut nya yang tenang dan juga airnya yang jernih menjadikan Pulau Gili-Noko sebagai destinasi selam yang tidak boleh dilewatkan. Dianjurkan untuk membawa peralatan sendiri karena belum tersedianya tempat penyewaan alat snorkeling maupun diving. Berbagai jenis ikan dan karang, serta biota laut yang indah tidak boleh terlewatkan jika mengunjungi tempat ini. Seperti ikan kepe-kepe, ikan pari, ikan nemo, kima, nudibranch, dan masih banyak lagi. Untuk karang yang ditemukan didominasi oleh karang dengan lifeform acropora branching. Karang yang ditemukan sangat banyak dan memiliki ukuran yang besar dan tinggi.
Pernah ditemukan juga seekor dugong oleh wisatawan asal Surabaya di dekat site timur. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Sanuddin et al. (2016), bahwa Pulau Bawean merupakan salah satu pulau di Indonesia yang memiliki potensi padang lamun sebagai tempat hidup bagi para dugong. Sayangnya masih sulit untuk menemukan toko oleh-oleh disana, sehingga pengunjung akan kesulitan mencari buah tangan dan makanan khas daerah tersebut.
Pada Pulau Gili-Noko terdapat mitos mengenai tempat yang dinamakan “Gusong” oleh masyarakat lokal. Mereka mengatakan bahwa para penyelam kompresor yang meninggal, akan dikebumikan di Gusong. Masyarakat Gili-Noko percaya apabila ada kejadian yang terjadi di Gusong maka akan terjadi kejadian yang tidak diinginkan di Pualu Gili, seperti menurunnya hasil nelayan. Di wilayah dekat Gusong, dahulu dikatakan terdapat kapal dari VOC yang karam disana. Kejadian inilah yang menjadi cikal bakal kepercayaan masyarakat Gili terhadap Gusong yang berhantu.
Sebagian besar penduduk disana memeluk agama Islam, penduduk asli Bawean berasal dari suku Madura dengan Bahasa sehari-hari yang digunakan yaitu Bahasa Madura. Pulau Bawean memiliki aturan tradisional/adat yang berlaku seperti di Pulau Bawean pada hari Jumat, nelayan dan seluruh Masyarakat tidak boleh melaut ataupun kerja berat sampai setelah ibadah shalat Jumat berakhir (Sanuddin et al., 2016).
Mata pencaharian masyarakat Pulau Bawean sebagian besar merupakan seorang nelayan dan nelayan kompresor. Selain nelayan, banyak juga yang berprofesi sebagai pemandu wisata, seorang pedagang, dan juga penyedia kapal penyeberangan ke pasar. Di Pulau Bawean masyarakatnya juga ada yang bekerja sebagai petani, namun hasil panennya tidak dijual, melainkan hanya sebagai konsumsi pribadi saja. Hal ini disebabkan karena kurangnya lahan untuk menanam padi dan sayur-sayuran, untuk mendapatkan hal tersebut masyarakat Gili harus menyeberang ke pasar untuk membeli kebutuhan harian.
Mayoritas penduduk pulau ini adalah orang tua bersama dengan anak-anaknya yang masih kecil. Sedangkan, anak muda nya merantau ke luar pulau untuk mnecari kerja ataupun menuntut ilmu. Hal ini dikarenakan Pulau Gili yang hanya memiliki akses pendidikan jenjang Sekolah Dasar saja.
Nah, penasaran ya pemandangan di Pulau Bawean tuh seindah apa? Jangan lupa tambahin Pulau Bawean dan Pulau Gili Noko ke bucket list kalian ya buddies!!^^
Referensi
Sanuddin, A.,Khalifa, M. A., Lubis, S. B., Setiono dan Tania, C., 2016. Bunga Rampai Konservasi Dugong dan Habitat Lamun Di Indonesia. IPB Press.
Writer:
Sabilla Fitri F. U-XXX
Sri Haryanti D. U-XXX
Sakti Pringgandani U-XXX